BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Astrologi tidak sepenuhnya sama
dengan astronomi. Astronomi sering dikelirukan
dengan astrologi, dan sebaliknya. Karena banyak ilmuwan menganggap bahwa
astrologi tidak mengikuti metode ilmiah dari negara barat, maka kebanyakan mereka secara umum menolak astrologi
untuk menjadi ilmu astronomi dan cukup mengklasifikasikan sebagai ilmu semu. Astrologi secara mendalam
pernah digabungkan dengan astronomi, dan perbedaan jelas di antara
keduanya diungkap kembali pada masa Galileo. Dia ialah orang pertama yang
menggunakan metode ilmiah untuk menguji pernyataan obyektif tentang langit.
Astrologi
berasal dari kata Yunani yang berarti ilmu tentang bintang-bintang. Ilmu ini
awalnya digunakan oleh bangsa Kaldea yang hidup di Babilonia pada permulaan
tahun 3000 SM (Sebelum Masehi). Jika kita mendasari pada peninggalan
artefak-artefak kuno, astrologi telah dikenal lebih tua lagi yaitu sekitar
tahun 15.000 SM. Artefak-artefak ini banyak ditemukan di daerah Timur Tengah.
Bangsa Cina di Asia kemudian mengadopsi ilmu ini untuk digunakan dalam
kesehariannya. Astrologi mendasari ilmunya pada pergerakan benda-benda langit
antara lain matahari, planet-planet, bintang, dan bulan. Para astrolog percaya
bahwa posisi benda-benda langit ini berpengaruh pada kehidupan manusia dan
peristiwa masa depan yang akan terjadi dapat diramalkan berdasarkan posisi
benda langit tersebut. Bagaimana dengan astronomi?
Astronomi merupakan ilmu
peramalan juga namun yang diramal berbeda dengan peramalan astrologi. Penemuan
empat satelit Jupiter oleh Galileo Galilei dengan menggunakan teropongnya
membawa umat manusia kepada pemahaman baru terhadap objek langit. Pemanfaatan
hukum fisika untuk menjelaskan pergerakan benda langit pada era Issac Newton
dengan Hukum Gravitasi Newton-nya semakin menegaskan perbedaan antara astronomi
dengan astrologi. Astronomi tidak menghubungkan pergerakan benda-benda langit
terhadap kehidupan manusia. Astronomi merupakan ilmu sains yang mempelajari,
memahami, dan meramalkan peristiwa alam yang terjadi di alam semesta. Tapi
kadang kita sulit untuk membedakan antara astronomi dan astrologi.
B.
Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan
astronomi?
2. Apa yang dimaksud dengan
astrologi?
3. Apa perbedaan antara astronomi
dengan astrologi?
C.
Tujuan
1. Mengetahui maksud dari
astronomi.
2. Mengetahui maksud dari
astrologi.
3. Mengetahui perbedaan antara
astronomi dengan astrologi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah
Gambar 1 :
sodiak mesir
Pada
awalnya, astronomi hanya melibatkan pengamatan beserta prediksi atas
gerak-gerik benda-benda langit yang terlihat dengan mata telanjang. Pada
beberapa situs seperti Stonehenge, peradaban-peradaban awal juga menyusun
artifak-artifak yang diduga memiliki kegunaan astronomis. Observatorium-observatorium
purba ini jamaknya bertujuan seremonial, namun dapat juga dimanfaatkan untuk
menentukan musim, cuaca, dan iklim — sesuatu yang wajib diketahui apabila ingin
bercocok tanam — atau memahami panjang tahun. Sebelum
ditemukannya peralatan seperti teleskop, penelitian harus dilakukan dari atas
bangunan-bangunan atau dataran yang tinggi, semua dengan mata telanjang.
Seiring dengan berkembangnya peradaban, terutama di Mesopotamia, Cina, Mesir,
Yunani, India, dan Amerika Tengah, orang-orang mulai membangun observatorium
dan gagasan-gagasan mengenai sifat-sifat semesta mulai ramai diperiksa.
Umumnya, astronomi awal disibukkan dengan pemetaan letak-letak bintang dan
planet (sekarang disebut astrometri),
kegiatan yang akhirnya melahirkan teori-teori tentang pergerakan benda-benda
langit dan pemikiran-pemikiran filosofis untuk menjelaskan asal-usul Matahari, Bulan, dan
Bumi. Bumi kemudian dianggap sebagai pusat jagat raya, sedang Matahari, Bulan,
dan bintang-bintang berputar mengelilinginya; model semacam ini dikenal sebagai
model geosentris, atau sistem
Ptolemaik (dari nama astronom Romawi-Mesir Ptolemeus).
Jam
Matahari Yunani, dari Ai-Khanoum (sekarang di Afghanistan),
abad 3-2 SM. Dimulainya astronomi yang berdasarkan perhitungan matematis dan
ilmiah dulu dipelopori oleh orang-orang Babilonia. Mereka menemukan bahwa gerhana bulan
memiliki sebuah siklus yang teratur, disebut siklus saros. Mengikuti jejak astronom-astronom Babilonia,
kemajuan demi kemajuan kemudian berhasil dicapai oleh komunitas astronomi
Yunani Kuno dan negeri-negeri sekitarnya. Astronomi Yunani sedari awal memang
bertujuan untuk menemukan penjelasan yang rasional dan berbasis fisika untuk
fenomena-fenomena angkasa. Pada abad
ke-3 SM, Aristarkhos dari Samos melakukan perhitungan atas ukuran Bumi serta jarak
antara Bumi dan Bulan, dan kemudian mengajukan model Tata Surya yang heliosentris —
pertama kalinya dalam sejarah. Pada abad ke-2 SM, Hipparkhos
berhasil menemukan gerak presesi, juga menghitung ukuran Bulan dan Matahari serta jarak
antara keduanya, sekaligus membuat alat-alat penelitian astronomi paling awal
seperti astrolab. Mayoritas penyusunan rasi bintang di belahan
utara sekarang masih didasarkan atas susunan yang diformulasikan olehnya
melalui katalog yang waktu itu mencakup 1020 bintang. Mekanisme
Antikythera yang terkenal (ca. 150-80
SM) juga berasal dari periode yang sama.
komputer analog yang
digunakan untuk menghitung letak Matahari / Bulan / planet - planet pada
tanggal tertentu ini merupakan barang paling kompleks dalam sejarah sampai abad
ke-14, ketika jam-jam
astronomi mulai bermunculan di Eropa.
Di Eropa sendiri selama Abad Pertengahan astronomi sempat mengalami
kebuntuan dan stagnansi. Sebaliknya, perkembangan pesat terjadi di dunia Islam dan beberapa peradaban lainnya,
ditandai dengan dibangunnya observatorium-observatorium di belahan dunia sana
pada awal abad ke-9.
Pada tahun 964, astronom Persia Al-Sufi menemukan Galaksi Andromeda
(galaksi terbesar di Grup Lokal) dan mencatatnya dalam Book
of Fixed Stars (Kitab Suwar al-Kawakib).
Supernova SN 1006, ledakan bintang paling terang dalam catatan sejarah, berhasil
diamati oleh astronom Mesir Ali bin
Ridwan dan sekumpulan astronom Cina yang terpisah
pada tahun yang sama (1006 M). Astronom-astronom besar dari era Islam ini
kebanyakan berasal dari Persia
dan Arab, termasuk Al-Battani, Tsabit bin Qurrah,
Al-Sufi, Ibnu Balkhi, Al-Biruni,
Al-Zarqali, Al-Birjandi, serta astronom-astronom dari
observatorium-observatorium di Maragha dan Samarkand. Melalui era inilah nama-nama
bintang yang berdasarkan bahasa Arab diperkenalkan. Reruntuhan-reruntuhan di Zimbabwe Raya dan Timbuktu juga kemungkinan sempat memiliki
bangunan-bangunan observatorium —
melemahkan keyakinan sebelumnya bahwa tidak ada pengamatan astronomis di daerah
sub-Sahara sebelum era kolonial.
Revolusi ilmiah
Pada Zaman Renaisans, Copernicus menyusun model Tata Surya heliosentris, model yang
kemudian dibela dari kontroversi, dikembangkan, dan dikoreksi oleh Galileo dan Kepler. Galileo berinovasi dengan
teleskop guna mempertajam pengamatan astronomis, sedang Kepler berhasil menjadi
ilmuwan pertama yang menyusun secara tepat dan mendetail pergerakan
planet-planet dengan Matahari sebagai pusatnya. Meski demikian, ia gagal memformulasikan teori
untuk menjelaskan hukum-hukum yang ia tuliskan, sampai akhirnya Newton (yang juga menemukan teleskop
refleksi untuk pengamatan langit) menjelaskannya
melalui dinamika angkasa dan hukum gravitasi.
Seiring dengan semakin baiknya
ukuran dan kualitas teleskop, semakin banyak pula penemuan-penemuan lebih
lanjut yang terjadi. Melalui teknologi ini Lacaille berhasil mengembangkan katalog-katalog bintang yang
lebih lengkap; usaha serupa juga dilakukan oleh astronom Jerman-Inggris Herschel dengan memproduksi katalog-katalog nebula dan gugusan.
Pada tahun 1781 ia menemukan planet Uranus, planet pertama yang ditemui di luar planet-planet
klasik. Pengukuran jarak menuju sebuah bintang pertama kali dipublikasikan pada
1838 oleh Bessel, yang pada saat itu melakukannya melalui pengukuran paralaks dari 61 Cygni.
Abad ke-18 sampai abad ke-19
pertama diwarnai oleh penelitian atas masalah
tiga-badan oleh Euler, Clairaut, dan D'Alembert; penelitian yang menghasilkan
metode prediksi yang lebih tepat untuk pergerakan Bulan dan planet-planet.
Pekerjaan ini dipertajam oleh Lagrange dan Laplace, sehingga memungkinkan ilmuwan untuk memperkirakan massa
planet dan satelit lewat perturbasi/usikannya. Penemuan spektroskop dan fotografi kemudian mendorong kemajuan
penelitian lagi: pada 1814-1815, Fraunhoffer menemukan lebih kurang 600 pita spektrum pada Matahari,
dan pada 1859 Kirchhoff akhirnya bisa menjelaskan fenomena ini dengan
mengatribusikannya pada keberadaan unsur-unsur. Pada masa ini bintang-bintang
dikonfirmasikan sebagai Matahari-matahari lain yang lebih jauh letaknya, namun
dengan perbedaan-perbedaan pada suhu, massa,
dan ukuran.
Baru pada abad ke-20 Galaksi Bima Sakti (di mana Bumi dan Matahari berada) bisa dibuktikan sebagai
kelompok bintang yang terpisah dari kelompok-kelompok bintang lainnya. Dari
pengamatan-pengamatan yang sama disimpulkan pula bahwa ada galaksi-galaksi lain
di luar Bima Sakti dan bahwa alam semesta terus mengembang, sebab
galaksi-galaksi tersebut terus menjauh dari galaksi kita. Astronomi modern juga menemukan dan berusaha
menjelaskan benda-benda langit yang asing seperti kuasar, pulsar,
blazar, galaksi-galaksi
radio, lubang hitam, dan bintang
neutron. Kosmologi fisik maju dengan pesat sepanjang abad
ini. model Dentuman
Besar (Big Bang) misalnya, telah didukung
oleh bukti-bukti astronomis dan fisika yang kuat (antara lain radiasi CMB, hukum Hubble, dan ketersediaan
kosmologis unsur-unsur).
A.
astronomi
Gambar 1 : Galaksi
Astronomi (Astronomy) didefinisikan dalam kamus
Merriam-Webster: “The study of objects and matter outside the earth’s
atmosphere and of their physical and chemical properties.”Jadi, Astronomi
merupakan ilmu yang mempelajari tentang obyek dan benda di luar atmosfer bumi
beserta sifat secara fisik dan kimianya. Ilmu Astronomi ini mempelajari alam
semesta dan benda-benda langit didasarkan pada metode serta perhitungan secara
ilmiah. Perhitungan ini berdasarkan hasil pengamatan dan pengukuran dengan
ketelitian yang tinggi serta menggunakan alat-alat observasi yang canggih
seperti teleskop, satelit dan pengiriman pesawat angkasa serta pengolahan data
menggunakan komputer sehingga pergerakan benda-benda langit bisa diperkirakan
secara pasti baik untuk kondisi masa yang lalu maupun kondisi masa yang akan
datang. Ilmu ini juga mempelajari hubungan dengan asal mula, evolusi,
komposisi, jarak, dan pergerakan dari seluruh bagian atau bagian benda di dalam
alam semesta.
Astronomi, yang secara
etimologi berarti “ilmu bintang” (dari
Yunani: άστρο, + νόμος) , adalah ilmu yang melibatkan pengamatan dan penjelasan
kejadian yang terjadi di luar Bumi dan atmosfernya. Ilmu ini mempelajari
asal-usul, evolusi, sifat fisik dan kimiawi benda-benda yang bisa dilihat di
langit (dan di luar Bumi), juga proses yang melibatkan mereka.
Selama sebagian abad ke-20,
astronomi dianggap terpilah menjadi astrometri, mekanika langit, dan
astrofisika. Status tinggi sekarang yang dimiliki astrofisika bisa tercermin
dalam nama jurusan universitas dan institut yang dilibatkan di penelitian
astronomis: yang paling tua adalah tanpa kecuali bagian ‘Astronomi’ dan
institut, yang paling baru cenderung memasukkan astrofisika di nama mereka,
kadang-kadang mengeluarkan kata astronomi, untuk menekankan sifat penelitiannya.
Selanjutnya, penelitian astrofisika, secara khususnya astrofisika teoretis,
bisa dilakukan oleh orang yang berlatar belakang ilmu fisika atau matematika
daripada astronomi.
Astronomi adalah salah satu di
antara sedikit ilmu pengetahuan di mana amatir masih memainkan peran aktif,
khususnya dalam hal penemuan dan pengamatan fenomena sementara.
B. Astrologi
Gambar 2 : Sodiak Eropa
Menurut kamus Merriam-Webster, Astrologi (Astrology):
“The divination of the supposed influences of the stars and planets on human
affairs and terrestrial events by their positions and aspects.” Dari definisi
tersebut jelas bahwa para pakar astrologi percaya bahwa posisi benda-benda
langit (planet dan bintang) berpengaruh pada kehidupan manusia dan peristiwa
masa depan yang akan terjadi dapat diramalkan berdasarkan posisi benda langit
tersebut.
Astrologi merupakan ramalan yang dibangun melalui
interpretasi pengaruh bintang-bintang dan planet-planet terhadap urusan-urusan
di bumi dan nasib atau takdir manusia. Pada zaman kuno astrologi tidak dapat
dipisahkan dengan astronomi. Astrologi mulai dikenal di Mesopotamia (millennium
ketiga SM) dan menyebar ke India, tetapi kemudian berkembang di peradaban
Yunani. Astrologi memasuki kebudayaan Islam sebagai bagian dari tradisi Yunani
dan dikembalikan ke budaya Eropa pada zaman pertengahan. Menurut tradisi
Yunani, surga dibagi berdasarkan menurut 12 rasi bintang zodiak, dan cahaya dan
posisi bintang yang pada berbagai interval tersebut mempengaruhi kejadian dan
urusan manusia. Astrologi juga merupakan bagian penting dalam peradaban Cina
kuno. Horoskop pada setiap bayi yang lahir menentukan seluruh titik waktu
kehidupan mereka (junctures of life). Pada pada zaman modern sekarang,
astrologi masih dipercaya secara luas untuk mempengaruhi kepribadian.
Gambar 3 : Horoskop
Astrolog memiliki perlengkapan yang disebut Horoskop yaitu sebuah gambaran peta langit dengan bumi berada di pusatnya dan dikelilingi oleh pita melingkar bergambar 12 rasi bintang yang disebut zodiak. Rasi zodiak ini membagi persis lingkaran 360° menjadi 12 bagian sehingga masing-masing lebarnya 30°. Ke 12 rasi zodiak itu adalah Aries, Taurus, Gemini, Cancer, Leo, Virgo, Libra, Scorpio, Sagitarius, Capricorn Aquarius, dan Pisces. Horoskop dibuat oleh para astrolog untuk mengetahui dimana posisi matahari saat seseorang dilahirkan. Ini adalah salah satu aliran astrologi yang paling populer dan paling banyak penggemarnya termasuk di Indonesia. Kenapa mereka membagi lingkaran langit menjadi 12 sama persis, ternyata alasannya adalah hal itu sudah merupakan kesepakatan dari tradisi turun temurun sejak Claudius Ptelomeus mengenalkan horoskop tersebut memasuki abad ke-2.
C.
Perbedaan Antara Astronomi Dengan
Astrologi
Astrologi merupakan ramalan yang dibangun melalui
interpretasi pengaruh bintang-bintang dan planet-planet terhadap urusan-urusan
di bumi dan nasib atau takdir manusia. Pada zaman kuno astrologi tidak dapat
dipisahkan dengan astronomi. Astrologi mulai dikenal di Mesopotamia (millennium
ketiga SM) dan menyebar ke India, tetapi kemudian berkembang di peradaban
Yunani. Astrologi memasuki kebudayaan Islam sebagai bagian dari tradisi Yunani
dan dikembalikan ke budaya Eropa pada zaman pertengahan. Menurut tradisi
Yunani, surga dibagi berdasarkan menurut 12 rasi bintang zodiak, dan cahaya dan
posisi bintang yang pada berbagai interval tersebut mempengaruhi kejadian dan
urusan manusia. Astrologi juga merupakan bagian penting dalam peradaban Cina
kuno. Horoskop pada setiap bayi yang lahir menentukan seluruh titik waktu
kehidupan mereka (junctures of life). Pada pada zaman modern sekarang,
astrologi masih dipercaya secara luas untuk mempengaruhi kepribadian.
Sedangkan Astronomi (Astronomy) didefinisikan dalam kamus
Merriam-Webster: “The study of objects and matter outside the earth’s
atmosphere and of their physical and chemical properties.”Jadi, Astronomi
merupakan ilmu yang mempelajari tentang obyek dan benda di luar atmosfer bumi
beserta sifat secara fisik dan kimianya. Ilmu Astronomi ini mempelajari alam
semesta dan benda-benda langit didasarkan pada metode serta perhitungan secara
ilmiah. Perhitungan ini berdasarkan hasil pengamatan dan pengukuran dengan
ketelitian yang tinggi serta menggunakan alat-alat observasi yang canggih
seperti teleskop, satelit dan pengiriman pesawat angkasa serta pengolahan data
menggunakan komputer sehingga pergerakan benda-benda langit bisa diperkirakan
secara pasti baik untuk kondisi masa yang lalu maupun kondisi masa yang akan
datang. Ilmu ini juga mempelajari hubungan dengan asal mula, evolusi,
komposisi, jarak, dan pergerakan dari seluruh bagian atau bagian benda di dalam
alam semesta.
Oleh karena itu dari definisi di atas astrologi dan
astronomi merupakan dua hal yang berbeda yang tidak bisa disamakan. Astrologi
merupakan ilmu yang dipengaruhi peradaban (hadharah) tertentu yaitu hadharah
kufur karena lahir dari luar Islam. Sedangkan astronomi merupakan ilmu sains
murni yang tidak dipengaruhi oleh hadharah tertentu.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
1.
Astronomi, yang secara etimologi berarti
“ilmu bintang” (dari Yunani: άστρο, + νόμος), adalah ilmu yang melibatkan
pengamatan dan penjelasan kejadian yang terjadi di luar Bumi dan atmosfernya.
Ilmu ini mempelajari asal-usul, evolusi, sifat fisik dan kimiawi benda-benda
yang bisa dilihat di langit (dan di luar Bumi), juga proses yang melibatkan
mereka.
2.
Astrologi menunjuk kepada yang mana pun di
antara beberapa sistem pengetahuan untuk mengerti, dan menterjemahkan tentang
kenyataan dan keberadaan manusiawi, berdasarkan posisi dan gerak-gerik relatif
berbagai benda langit, terutama Matahari, Bulan, planet, dan lunar node seperti
dilihat pada waktu dan tempat lahir atau lain peristiwa dipelajari.
3.
Astronomi, adalah ilmu yang melibatkan pengamatan dan penjelasan kejadian yang
terjadi di luar Bumi dan atmosfernya. Ilmu ini mempelajari asal-usul, evolusi, sifat fisik dan kimiawi benda-benda yang bisa dilihat di langit
(dan di luar Bumi), juga proses yang melibatkan mereka. Sedangkan Astrologi, mendasari ilmunya
pada pergerakan benda-benda langit antara lain matahari, planet-planet,
bintang, dan bulan. Para astrolog percaya bahwa posisi benda-benda langit ini
berpengaruh pada kehidupan manusia dan peristiwa masa depan yang akan terjadi
dapat diramalkan berdasarkan posisi benda langit tersebut
B. Saran
Demikian makalah yang
dapat kami buat. Tentunya dalam penulisan dan pembahasan makalah ini masih
banyak kekurangannya dan jauh dari kesempuranaan baik dalam penyusunan kalimat,
isi, maupun sistematika penulisan karena itu saran, kritik, dan masukan sangat diharapakan
demi perbaikan selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja
yang berkesempatan membacanya serta dapat memberikan sumbangan yang positif
dalam perkembangan khazanah ilmu pengetahuan.
DAFTAR
PUSTAKA
0 komentar:
Posting Komentar