RIWAYAT BINTANG
Seperti halnya manusia, bintang juga mengalami tahapan
“kehidupan” yang mirip dengan manusia, yaitu lahir, berkembang, dan akhirnya
mati atau tak bersinar lagi. Proses lahir, berkembang, dan mati ini akhirnya
disebut evolusi bintang. Berbeda dengan manusia, evolusi bintang memerlukan
waktu jutaan bahkan milyaran tahun
Gambar.1: Galaksi
Bima Sakti
Pembentukan bintang adalah suatu siklus yang terjadi
secara terus-menerus di ruang angkasa. Bagaimana mekanisme pembentukan bintang
tersebut? Jika kita amati, ruang antarbintang yang kita lihat saat ini
sebenarnya bukanlah ruang yang kosong, tetapi mengandung gas dan debu dengan
kerapatan yang sangat rendah yang dikenal dengan interstellar medium. Gumpalan
awan tersebut mempunyai ukuran yang bervariasi, dari sangat kecil dengan
penampang sekitar satu tahun cahaya dan memiliki massa beberapa kali massa
matahari hingga ukuran raksasa yang memiliki penampang lintang 300 tahun cahaya
dan massanya mencapai jutaan kali massa matahari. Satu tahun cahaya adalah
jarak yang ditempuh cahaya dalam satu tahun, yaitu sekitar 3,09 x 1012
km. Awan tersebut memiliki temperature sekitar 10 K dan merupakan objek langit
terdingin. Hampir semua awan tersebut mengandung molekul-molekul hydrogen
dengan kerapatan rata-rata 100 hingga 300 molekul per sentimeter kubik (cm3)
dan memiliki usia hidup 107 hingga 108.
Struktur molekul awan raksasa tidak seragam dan sekitar
10% massa awan dikonstribusi oleh inti pekat yang memiliki kerapatan 104
molekul hidrogen per cm3, dengan ukuran penampang berentang dari hingga 15 tahun cahaya. Inti
pekat tersebut dapat menimbulkan kontraksi atau kerutan akibat adanya perbedaan
gaya internal dan eksternal. Gaya eksternal dapat berupa gelombang kejut dari
ledakan supernova yang ada di sekitarnya dan gangguan gravitasi akibat
interaksi bintang tetangga dengan awan molekul yang lain. Awan secara otomaatis
melawan gaya gravitasi dengan gaya yang berasal dari gabungan antara magnetic
yang dibangkitkan dengan gerak turbulen gas dalam awan. Mekanisme terjadinya
gerak turbulen dalam awan hingga kini masih menjadi teka-teki.
Teori saat ini memperkirakan bahwa medan magnetik yang
ada dapat berpendar secara perlahan-lahan yang dapat menyebabkan ketidakstabilan
dan inti dapat runtuh akibat tarikan gravitasi. Awalnya proses ini terus
berlangsung cepat sehingga bintang mulai terbentuk dan memakan waktu 106
tahun. Pada fase awal ini embrio bintang yang telah terbentuk membangkitkan
tekanan termal yang cukup untuk melawan penyusutan akibat gravitasi. Embrio
bintang kemudian bertransformasi menjadi protobintang dan terus tumbuh serta
ukurannya pun terus membesar karena dipicu banyaknya partikel-partikel yang
jatuh dari awan itu. Materi-materi tersebut akhirnya membentuk piringan yang
mengorbit protobintang dan piringan tersebut memipih seiring dengan waktu
akibat tumbukan gas tersebut lambat laun kehilangan momentum anguler akibat
gesekan. Gas partikel-partikel yang jatuh memanasi permukaan protobintang dan menegakibatkan
hembusan angin bintang yang sangat kuat serta menyemburkan kembali hampir semua
materi yang jatuh ke protobintang dalam
arah paralel dengan sumbu rotasinya. Aliran hembusan tersebut adalah bipolar,
keluar dari masing-masing kutub putaran protobintang. Ketika gas dalam piringan
telah terhembuskan dan habis, debu-debu dalam piringan masih bertahan dan
memiliki radius 100 hingga 1000 kali radius orbit bumi (1,496 x 108
km). Debu-debu ini dimungkinkan bergabung membentuk planet dan memandu pembentukan
tata surya lainnya.
Massa akhir protobintang tergantung pada kerapatan awal
dan kuat medan magnet internal dalam awan atau inti gumpalan awan. Semakin
besar dua kuantitas tersebut, semakin masif pula protobintang yang dihasilkan.
Bintang masif seperti tipe O dan B membentuk kelompok sendiri secara eksklusif.
Di pihak lain, bintang dengan massa rendah seperti matahari juga membentuk
kelompok sendiri, bahkan terisolasi dari yang lain.
Protobintang membangkitkan energi akibat penyusutan
karena pengaruh gravitasi dan memberi tambahan materi yang masuk ke dalam inti.
Seiring dengan pertambahan massa protobintang, temperatur inti terus bertambah
dan akhirnya dapat membangkitkan reaksi fusi dengan temperature sekitar 107
Kelvin. Pada saat itu terjadi reaksi fusi hidrogen dan pengaruh gravitasi mulai
melambat dan akhirnya berhenti. Saat itulah protobintang berubah menjadi
bintang. Teori pembentukan bintang yang dikemukakan di atas hanya berlaku bagi
pembentukan bintang tunggal. Namun, hampir setengah dari seluruh bintang
terbentuk dalam system bintang multiple
maupun biner. Proses pembentukan system bintang, baik multiple maupun biner, masih dalam penyelidikan.
TAHAP-TAHAP EVOLUSI BINTANG
Pembentukan bintang berawal dari awan gas dan debu
antarbintang. Atom-atom dari awan antarbintang ini saling tarik-menarik akibat
gaya gravitasi, dan membentuk apa yang disebut sebagai cikal-bakal bintang atau
nebula (kabut) protobintang, yang mengerut, memanas, dan mulai bersinar. Pada
saat awan tersebut mengerut, pusatnya mencapai temperatur beberapa deret utama
akan menempuh tahap evolusi selanjutnya dan meninggalkan deret utama.
Bintang mengontrol reaksi termonuklir dan gaya gravitasi
yang ditimbulkan akan tepat sama dengan tekanan yang dibangkitkan oleh reaksi
nuklir yang terjadi pada bagian dalam bintang. Energi yang ditimbulkan pindah
ke permukaan bintang, baik dengan cara radiasi maupun konveksi. Pada mulanya
bintang memproduksi energi melalui reaksi nuklir yang beragam dengan mengambil
4 proton dan diubahnya menjadi inti helium. Proses ini dalam astrofisika
dikenal dengan pembakaran hydrogen atau hydrogen
burning. Reaksi nuklir tersebut terjadi pada temperatur 10 hingga 50 x 105
Kelvin dan kerapatannya sekitar 150 g/cm3 (bandingkan dengan
kerapatan air 1 g/cm3). Akibat reaksi nuklir yang mengubah hidrogen
menjadi helium, maka bintang terus-menerus berevolusi. Fase pembakaran hidrogen
pada intinya adalah fase yang paling lama dalam sejarah hidup bintang. Pada
saat bintang membakar hydrogen, bintang tersebut lambat laun menjadi cerah.
Ketika semua hydrogen dalam inti bintang habis, terjadi pengerutan bagian inti
bintang. Pada kondisi ini bagian luar bintang merespons kejadian dalam ini
dengan memberi gaya lawan dan menjadi besar karena mengembang akibat gaya lawan
yang ditimbulkannya dan suhunya menjadi dingin. Setelah semua hydrogen habis,
fase selanjutnya adalah pembakaran helium di inti yang merupakan fase
terpanjang kedua selama waktu hidup bintang. Ketika helium mulai terbakar di
inti, bintang berhenti mengembang dan menjadi lebih panas. Saat helium dalam
inti habis, pembakaran helium terjadi di sekitar kontraksi karbon-oksigen dalam
inti dan bintang mulai mengembang lagi dan mendingin lagi secara perlahan-lahan
dan mengembang menjadi maharaksasa. Pada saat ini bintang memuliki massa 9 kali
massa bintang awal. Ketika bintang bertambah ukurannya, bintang tersebut akan
kehilangan massanya karena bagian yang mendapat pengaruh gravitasi mulai
berkurang dan lemah di bagian luarnya. Kehilangan massa menjadi semakin
bertambah dadn massanya tereduksi menjadi 1,4 kali massa Matahari dan
perlahan-lahan menuju massa akhir hidupnya menjadi bintang katai putih
karbon-oksigen.
Bintang menjadi lebih masif. Sementara massanya sebagian
hilang, suhunya berangsur-angsur mencapai suhu yang lebih tinggi sehingga dapat
membangkitkan reaksi nuklir tambahan. Inti bintang terus berkembang dan setiap
akhir proses berikutnya. Proses berikutnya setelah pembakaran helium adalah
pembakaran karbon, kemudian pembakaran neon yang diikuti pembakaran oksigen dan
terakhir adalah pembakaran silicon dan meninggalkan besi dalam inti karena
tidak mungkin untuk melakukan reaksi fusi terhadap besi dan memproduksi energi
tambahan. Besi dalam inti mulai hancur ketika temperatur mencapai 1010
K dan kerapatannya menjadi 1010g/cm3. Hal ini menyebabkan
inti menjadi hancur dan runtuh serta mendorong ledakan supernova dan
pembentukan lubang hitam. Selama ledakan supernova, reaksi inti diyakini
memproduksi semua unsur yang lebih berat daripada besi. Ledakan supernova menyemburkan
semua massa bintang, termasuk semua material-material yang diproduksi melalui
reaksi nuklir kembali ke ruang angkasa.
Proses pembentukan bintang dan evolusinya saling
berhubungan satu sama lain, karena material yang berada pada bintang sebelumnya
diolah lagi menjadi bintang baru. Keberadaan planet dan keberlangsungan
kehidudpan sangat bergantung pada reaksi nuklir yang terjadi di bintang yang
memproduksi hampir semua unsur-unsur yang lebih berat daripada helium.
BINTANG RAKSASA MERAH
Di kanan atas diagram H-R terletak
kelompok bintang raksasa merah. Bintang ini disebut raksasa merah karena
memiliki diameter yang besar tetapi temperatur efektifnya rendah.
gambar.2: Kelompok Bintang Raksasa
Gambar.3: Matahari
Bintang seperti Matahari, setelah sekitar 5 juta tahun,
ber-evolusi manjadi lebih terang dan lebih merah sampai akhirnya mengembang.
Dan amgkasa Matahari dapat menelan Merkurius dan Venus. Bila Matahari telah
mengembang sampai mencapai orbit Bumi, tidak ada satu manusia pun yang dapat
menyaksikan pemandangan yang luar biasa ini, bintang sangat tidak stabil,.
Bintang akan berdenyut dengan denyutan yang makin kuat sehingga terjadi
pelontaran massa oleh bintang itu. Bintang akan membubuskan materi bagian
luarnya hingga tersingkaplah pusatnya yang panas itu.
KABUT PLANETARI
Astronom melihat
adanya bintang panas yang dikelilingi oleh cincin gas yang mengembang, yang
dinamakan Kabut Planetari (Planetary Nebulae). Waktu dilihat pertama kali
dengan teleskop, objek tersebut tampak seperti planet Uranus dan Neptunus,
walaupun tak ada hubungannya dengan planet tersebut. Jadi, penamaan ini karena
alasan historis belaka. Kabut Planetari merupakan objek yang sangat indah.
Gambar 4 : Galaksi Andromeda
Pengamatan kabut planet ini menunjukkan bahwa cincin gas
tersebut mengembang dan bintang pusatnya mengerut. Pusat bintang ini terus
megerut sampai akhirnya menjadi bintang katai putih. Diduga Matahari kelak akan
menempuh tahap evolusi seperti itu.
BINTANG KATAI PUTIH
Dalam setiap fase
evolusi bintang, sebuah bintang akan melewati masa saat dirinya menjadi bintang
katai putih. Bintang katai putih terletak pada daerah sebelah kiri bawah
diagram H-R. Bintang ini merupakan bintang yang berada pada tahap akhir evolusi
bintang. Tidak ada reaksi inti yang berlangsung di pusatnya. Chandrasekhar,
seorang ilmuwan terkemuka dari India dan tinggal di Amerika, menemukan bahwa
bintang-bintang dengan massa yang lebih besar. Di bawah batas “Chandrasekhar”
ini bintang akan terus mengerut. Tetapi, saat bintang mencapai ukuran kira-kira
sebesar Bumi, yaitu sekitar 100 kali lebih kecil daripada saat di deret utama,
terdapat tekanan yang dapat memberikan tekanan balik yang dapat menghentikan
pengerutan. Materi bintang katai putih dikatakan dalam keadaan terdegenerasi. Kondisi terdegenerasi
ini adalah kondisi yang timbul sesuai dengan hukum-hukum tertentu dalam
mekanika kuantum.
BINTANG NETRON
Bintang yang
bermassa lebih besar dari massa Matahari, karena suatu reaksi inti yang
berlangsung di pusat bintang, pada suatu saat akan mengalami ledakan nuklir
yang dikenal sebagai ledakan supernova. Akibat ledakan supernova, materi yang
tinggal di pusat bintang akan runtuh, menjadi benda yang sangat mampat
sedangkan bagian luarnya terlontar dengan kecepatan puluhan ribu kilometer per
detik. Bila massa bintang sisa ledakan supernova ini kurang dari 2 sampai 3
massa Matahari dalam evolusi selanjutnya, bintang ini menjadi natron. Bintang
netron ini sangat terdegenerasi karena rapat massanya yang besar sekali
(semilyar ton dalam setiap sentimeter kubik).
Seperti halnya bintang katai putih, tekanan netron
terdegenerasi ini akan memberikan tekanan balik yang menghentikan pengerutan
bintang. Bintang akan mantap dengan jari-jari sekitar 10 kilometer saja, namun
massanya menyerupai massa Matahari yang jari-jarinya 700.000 kilometer. Selain
itu juga bintang netron mempunyai medan magnet yang sangat kuat akibat
pengerutan intinya. Sebenarnya teori bahwa bintang netron berasal dari sisa
ledakan supernova telah diusulkan pada tahun 1934, yaitu oleh Baade dan Zwicky.
Tetapi bintang netron sendiri baru ditemukan pada tahun 1967 oleh kelompok
astronom radio, Hewish dan Bell, di Cambridge, Inggris. Pada saat itu mereka
menemukan objek berdenyut yang dinamakan pulsar singkatan dari pulsating radio sources. Kemudian diketahui bahwa pulsar adalah bintang
netron yang berputar dengan sangat cepat. Penemuan pulsar di Nebula Kepiting,
yaitu nebula yang merupakan hasil ledakan supernova yang terjadi pada tahun
1054, merupakan bukti yang meyakinkan bagi teori Baade dan Zwicky bahwa bintang
netron dapat dihasilkan dari ledakan supernova.
Supernova adalah ledakan dari suatu
bintang di galaksi yang memancarkan energi lebih banyak dari nova. Peristiwa
supernova ini menandai berakhirnya riwayat suatu bintang. Bintang yang
mengalami supernova akan tampak sangat cemerlang dan bahkan kecemerlangannya
bisa mencapai ratusan juta kali cahaya bintang tersebut semula, beberapa minggu
atau bulan sebelum suatu bintang mengalami supernova bintang tersebut akan
melepaskan energi setara dengan energi matahari yang dilepaskan matahari seumur
hidupnya, ledakan ini meruntuhkan sebagian besar material bintang pada
kecepatan 30.000 km/s (10% kecepatan cahaya) dan melepaskan gelombang kejut yang
mampu memusnahkan medium antarbintang.
Ada beberapa jenis Supernova. Tipe I
dan II bisa dipicu dengan satu dari dua cara, baik menghentikan atau
mengaktifkan produksi energi melalui fusi nuklir. Setelah inti bintang yang
sudah tua berhenti menghasilkan energi, maka bintang tersebut akan mengalami
keruntuhan gravitasi secara tiba-tiba menjadi lubang hitam atau bintang
neutron, dan melepaskan energi potensial gravitasi yang memanaskan dan
menghancurkan lapisan terluar bintang.
Rata-rata supernova terjadi setiap 50
tahun sekali di galaksi seukuran galaksi Bima Sakti. Supernova memiliki peran
dalam memperkaya medium antarbintang dengan elemen-elemen massa yang lebih
besar. Selanjutnya gelombang kejut dari ledakan supernova mampu membentuk
formasi bintang baru
1.
Jenis-jenis
Supernova
Gambar.7: Supernova
a.
Supernova
Keples
Berdasarkan
pada garis spektrum pada supernova, maka didapatkan beberapa jenis supernova :
·
Supernova
Tipe Ia
Pada
supernova ini, tidak ditemukan adanya garis spektrum Hidrogen saat pengamatan.
·
Supernova
Tipe Ib/c
Pada
supernova ini, tidak ditemukan adanya garis spektrum Hidrogen ataupun Helium
saat pengamatan.
·
Supernova
Tipe II
Pada
supernova ini, ditemukan adanya garis spektrum Hidrogen saat pengamatan.
b.
Hipernova
Supernova tipe ini melepaskan energi yang amat
besar saat meledak. Energi ini jauh lebih besar dibandingkan energi saat
supernova tipe yang lain terjadi.
Berdasarkan pada sumber energi supernova, maka
didapatkan jenis supernova sebagai berikut.
o
Supernova
Termonuklir (Thermonuclear Supernovae)
•
Berasal dari
bintang yang memiliki massa yang kecil
•
Berasal dari
bintang yang telah berevolusi lanjut
•
Bintang yang
meledak merupakan anggota dari sistem bintang ganda.
•
Ledakan
menghancurkan bintang tanpa sisa
•
Energi
ledakan berasal dari pembakaran Karbon (C) dan Oksigen (O)
o
Supernova
Runtuh-inti (Core-collapse Supernovae)
ü Berasal dari bintang yang memiliki massa besar
ü Berasal dari bintang yang memiliki selubung
bintang yang besar dan masih membakar Hidrogen di dalamnya.
ü Bintang yang meledak merupakan bintang tunggal
(seperti Supernova Tipe II), dan bintang ganda (seperti supernova Tipe Ib/c)
ü Ledakan bintang menghasilkan objek mampat berupa
bintang neutron ataupun lubang hitam (black hole).
ü Energi ledakan berasal dari tekanan
Tahapan terjadinya Supernova
Suatu bintang yang telah habis masa
hidupnya, biasanya akan melakukan supernova. Urutan kejadian terjadinya
supernova adalah sebagai berikut.
• Pembengkakan
Bintang membengkak
karena mengirimkan inti Helium di dalamnya ke permukaan. Sehingga bintang akan
menjadi sebuah bintang raksasa yang amat besar, dan berwarna merah. Di bagian
dalamnya, inti bintang akan semakin meyusut. Dikarenakan penyusutan ini, maka
bintang semakin panas dan padat.
• Inti
Besi
Saat semua bagian
inti bintang telah hilang, dan yang tertinggal di dalam hanyalah unsur besi,
maka kurang dari satu detik kemudian suatu bintang memasuki tahap akhir dari
kehancurannya. Ini dikarenakan struktur nuklir besi tidak memungkinkan
atom-atom dalam bintang untuk melakukan reaksi fusi untuk menjadi elemen yang
lebih berat.
• Peledakan
Pada tahap ini,
suhu pada inti bintang semakin bertambah hingga mencapai 100 miliar derajat
celcius. Kemudian energi dari inti ini ditransfer menyelimuti bintang yang
kemudian meledak dan menyebarkan gelombang kejut. Saat gelombang ini menerpa
material pada lapisan luar bintang, maka material tersebut menjadi panas. Pada
suhu tertentu, material ini berfusi dan menjadi elemen-elemen baru dan
isotop-isotop radioaktif.
• Pelontaran
Gelombang kejut
akan melontarkan material-material bintang ke ruang angkasa
Dampak dari Supernova
Supernova memiliki dampak bagi
kehidupan di luar bintang tersebut, di antaranya:
• Menghasilkan
Logam
Pada inti bintang,
terjadi reaksi fusi nuklir. Pada reaksi ini dilahirkan unsur-unsur yang lebih
berat dari Hidrogen dan Helium. Saat supernova terjadi, unsur-unsur ini
dilontarkan keluar bintang dan memperkaya awan antar bintang di sekitarnya
dengan unsur-unsur berat.
• Menciptakan
Kehidupan di Alam Semesta
Supernova
melontarkan unsur-unsur tertentu ke ruang angkasa. Unsur-unsur ini kemudian
berpindah ke bagian-bagian lain yang jauh dari bintang yang meledak tersebut.
Diasumsikan bahwa unsur atau materi tersebut kemudian bergabung membentuk suatu
bintang baru atau bahkan planet di alam semesta
Peristiwa Supernova yang teramati
Gambar .8: Supernova 1994D
Ada satu bintang yang melakukan
supernova di ruang angkasa tiap satu detik kehidupan di bumi. Hanya saja, untuk
menemukan bintang yang akan melakukan supernova tersebut amatlah sulit. Banyak faktor
yang memengaruhi dalam pengamatan supernova. Walaupun begitu, ada beberapa
peristiwa supernova yang telah teramati oleh manusia, di antaranya:
• Supernova
1994D
Dahulu kala, sebuah bintang meledak di
tempat yang amat jauh dari bumi. Ledakan itu tampak seperti sebuah titik
terang. Ini terjadi di bagian luar dari galaksi NGC 4526, dan dinamakan
Supernova 1994D. Sinar yang dipancarkannya selama beberapa minggu setelah
ledakan tersebut menunjukkan bahwa supernova tersebut merupakan Supernova Tipe
Ia.
LUBANG HITAM
Gambar: Planet Nebula
Pada bintang-bintang bermassa sangat besar, bila pusat
bintang mengalami keruntuhan gravitasi maka bagian luar bintang terlontar
keluar dengan menghamburkan unsur berat yang dihasilkan oleh reaksi inti di
dalam bintang. Bila massa bintang yang runtuh itu lebih dari 3 massa Matahari
maka tekanan degenerasi electron dan netron tak akan mampu menghentikan
keruntuhan gravitasi bintang. Bintang menjadi makin mampat, madan gravitasi
permukaannya menjadi semakin kuat. Menurut teori Einstein, makin besar massa
suatu benda dan makin dekat ke benda itu, maka makin besar kelengkungan ruang
waktu di situ. Hal yang sama berlaku juga untuk gerak cahaya. Gerak cahaya juga
mengikuti kelengkungan ruang waktu sehingga gerak cahaya di sekitar suatu benda
tidak lurus lagi melainkan dibelokkan. Dengan demikian kelengkungan ruang waktu
di sekitar bintang pun semakin besar. Bila jari-jari bintang mencapai suatu
jari-jari yang disebut jejari Schwarzschild maka kelengkungan ruang waktu sudah
sedemikian besarnya hingga cahaya pun tak dapat lepas dari permukaan bintang
tersebut. Bintang ini seolah-olah menutup dirinya dari alam semesta yang
terbuka ini. Kita sebut bintang ini sebagai lubang hitam. Bagaimana kita dapat
mengetahui adanya lubang hitam sedangkan kita tidak dapat mengemati cahayanya?
Lubang hitam akan
menarik materi yang ada di sekitarnya. Sebagian materi akan tersedot ke dalam
lubang hitam, dan sebagian lagi mengorbit lubang hitam dengan kecepatan tinggi.
Gesekan yang
terjadi antara gas di sekeliling lubang hitam menimbulkan suhu yang sangat
tinggi sehingga dapat diamati dalam spectrum sinar –X. Jadi, walaupun kita
tidak dapat mengamati lubang hitam secara langsung, kita dapat berharap untuk
mengamati sinar-X dari gas yang berada di sekelilingnya. Melalui pencarian
sumber-sumber sinar-X yang intensif sejak tahun 1970, ditemukan sumber sinar-X,
Cygnus X-1, sebuah lubang hitam yang berpasangan dengan sebuah bintang
maharaksasa biru. Gaya gravitasi lubang hitam yang sangat kuat akan menarik
materi dari bintang maharaksasa ini. Aliran materi akan membentuk piringan gas
yang mengorbit lubang hitam dan memancarkan radiasi dalam sinar-X.
DAFTAR PUSTAKA
Perjalanan Mengenal Astronomi
http://members.tripod.com/.../riwayat-semesta.htm/ 4059-NEBULA-NGC7027
0 komentar:
Posting Komentar