Diberdayakan oleh Blogger.
RSS
Post Icon

konseling kelompok oleh ahmad darus munandar. Nhb



KONSELING KELOMPOK
1.      PENDAHULUAN

Setiap sekolah harus membuat perencanaan program yang merupakan acuan dasar untuk pelaksanaan kegiatan satuan layanan bimbingan dan konseling. Perencanaan tersebut berisi bidang-bidang layanan, jenis layanan yang dialokasikan menurut waktu, pembagian tugas para pelaksana dan sarana/prasarana untuk mendukung kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling.

Berbagai jenis layanan dan kegiatan perlu dilakukan sebagai wujud penyelenggaraan pelayanan bimbingan terhadap sasaran layanan, yaitu peserta didik. Pelayanan bimbingan dan konseling kepada peserta didik ada bermacam-macam jenis layanan, yaitu layanan orientasi, informasi, penempatan dan penyaluran, pembelajaran, bimbingan kelompok, konseling perorangan dan konseling kelompok.


2.      PEMBAHASAN

A.      Pengertian Layanan Konseling Kelompok

Layanan konseling kelompok, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien) memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan yang dialaminya melalui dinamika kelompok, masalah yang dibahas itu adalah masalah pribadi yang dialami oleh masing-masing anggota kelompok.

Dinamika kelompok adalah suasana yang hidup, yang berdenyut, yang bergerak, yang berkembang, yang ditandai dengan adanya interaksi antar sesama anggota kelompok. Layanan konseling kelompok merupakan layanan konseling yang diselenggarakan dalam suasana kelompok.

B.       Tujuan Konseling Kelompok

Di dalam konseling kelompok ada tujuan yang ingin dicapai di antaranya:

1)      Melatih anggota kelompok agar berani berbicara dengan orang banyak
2)      Melatih anggota kelompok dapat bertenggang rasa terhadap teman sebayanya
3)      Dapat mengembangkan bakat dan minat masing-masing anggota kelompok ;
4)      Mengentaskan permasalahan-permasalahan kelompok.
5)      Membantu peserta didik untuk memperoleh kesempatan untuk pengentasan permasalahan yang dialaminya melalui dinamika kelompok.





C.      Proses Pelaksanaan Konseling Kelompok

Proses pelaksanaan konseling kelompok dilaksanakan melalui tahap-tahap berikut :

1)      Tahap I (Pembentukan)

Pada tahap ini para peserta yang baru pertama bertemu itu benar-benar dibentuk menjadi kelompok yang cukup solid sehingga dinamika kelompok yang berkembang di antara mereka selanjutnya akan dimanfaatkan untuk mencapai tujuan-tujuan bimbingan dan konseling. Untuk itu diperlukan waktu yang cukup lama dengan kegiatan yang bervariasi. Waktu yang cukup lama itu jangan sampai menimbulkan kesan seakan-akan kegiatan itu hanya sekedar beramai-ramai atau bersantai-santai saja, membuang-buang waktu, membosankan. Dalam hal ini guru pembimbing sebagai pemimpin kelompok menimbang-nimbang antara efisiensi waktu, efektivitas pengembangan dinamika kelompok dan kondisi positif metal fisik seluruh peserta.

2)      Tahap II (Peralihan)

Tahap II merupakan jembatan antara tahap I dan tahap III. Berapa lama tahap II berlangsung banyak tergantung pada keberhasilan tahap I. Apabila tahap I sudah berhasil dengan baik, tahap II seringkali hanya sekedar mengulangi dan memantapkan penjelasan tentang aspek pokok yang ada dalam Tahap III.

3)      Tahap III (Kegiatan Inti)

Tahap ini seringkali disebut juga tahap kerja. Dari tahap inilah akan diperoleh hasil-hasil yang diharapkan, yaitu mengembangkan pribadi dan perolehan kerja yang mencakup aspek-aspek kognitif, afektif dan berbagai pengalaman serta alternatif pemecahan masalah. Dalam tahap inilah seluruh peserta benar-benar diminta untuk “bekerja”, mengembangkan pikiran, memberikan dorongan, bertanya dan bahkan memberikan nasehat dan alternatif jalan keluar untuk pemecahan suatu masalah. Waktu yang dipergunakan untuk tahap ini tergantung pada jumlah topik atau masalah yang dibahas. Apabila para peserta sangat antusias dalam kegiatan pada tahap III ini, biasanya para peserta meminta agar lebih banyak topik atau masalah dapat dibahas dalam pertemuan mereka itu.

4)      Tahap IV (Pengakhiran)

Tahap ini merupakan anti klimaks dari seluruh kegiatan, pada tahap ini kegiatan menyorot. Semangat yang tadinya menggebu-gebu sekarang mengendor. Segala sesuatu menuju kepada pengakhiran kegiatan. Pada tahap ini pemimpin kelompok meminta kesan-kesan dari para peserta, dan akhirnya kesan-kesan ini dikaitkan dengan kemungkinan pertemuan berikutnya. Usul-usul peserta yang menghendaki segera adanya pertemuan lagi, apalagi kalau pertemuan kembali itu dikehendaki supaya lebih cepat, menunjukkan betapa kegiatan konseling kelompok telah membuahkan sesuatu yang berharga bagi peserta yang bersangkutan.

D.      Materi Layanan Konseling Kelompok

Konseling kelompok merupakan konseling yang diselenggarakan dalam kelompok dengan memanfaatkan dinamika kelompok yang terjadi di dalam kelompok itu. Masalah-masalah yang dibahas merupakan masalah perorangan yang muncul di dalam kelompok itu, yang meliputi berbagai masalah dalam segenap bidang bimbingan (yaitu bimbingan pribadi, sosial, belajar dan karir). Seperti dalam konseling perorangan, setiap anggota kelompok dapat menampilkan masalah yang dirasakannya. Masalah-malah tersebut dilayani melalui pembahasan yang intensif oleh seluruh anggota kelompok, masalah demi masalah satu per satu, tanpa kecuali, sehingga semua masalah terbicarakan.

Selain itu, materi lainnya adalah sangat diperlukannya informasi perguruan tinggi yang sesuai dengan karir yang akan dikembangkan serta pemahaman kondisi fisik, sosial dan budaya dalam kaitannya dengan orientasi belajar di perguruan tinggi.

E.       Kegiatan Selama Konseling Kelompok dapat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu:

1.      Kelompok Tugas

Dalam “kelompok tugas” arah dan isi kegiatan kelompok ditetapkan terlebih dahulu. Kelompok tugas pada dasarya diberi tugas untuk menyelesaikan suatu pekerjaan, baik pekerjaan itu ditugaskan oleh pihak di luarkelompok itu maupun tumbuh di dalam kelompok itu sendiri sebagai hasil dari kegiatan-kegiatan kelompok itu sebelumnya. Dalam “kelompok tugas” perhatian diarahkan kepada satu titik pusat, yaitu menyelesaikan tugas. Semua anggota kelompok hendaknya mencurahkan perhatian untuk tugas yang dimaksudkan itu.

2.      Kelompok Bebas

Anggota-anggota “kelompok bebas”melakukan kelompok tanpa penugasan tertentu, dan kehidupan kelompok itu memang tidak disiapkan secara khusus sebelumnya. Perkembangan yang akan timbul di dalam kelompok itulah nantinya yang akan menjadi isi dan mewarnai kehidupan kelompok itu lebih lanjut. “Kelompok bebas” memberikan kesempatan kepada seluruh anggota kelompok untuk menentukan arah dan isi kehidupan kelompok itu.






F.       Manfaat Layanan Konseling Kelompok Bagi Siswa

Layanan konseling kelompok mempunyai beberapa manfaat di antaranya yaitu:
1.      Membantu mengatasi masalah baik yang disadari maupun yang tidak disadari oleh siswa secara kelompok
2.      Membantu siswa agar berkembang menjadi pribadi yang mandiri, bertanggung jawab, kreatif, produktif dan berperilaku jujur
3.      Membantu meringankan beban mental siswa dalam belajar
4.      Membantu siswa untuk memahami diri dan lingkungannya
5.      Membantu mencegah atau menghindarkan diri dari berbagai permasalahan yang dapat menghambat perkembangan dirinya
6.      Membantu mengembangkan kemampuan berkomunikasi, menerima atau menyampaikan pendapat, bertingkah laku dan hubungan sosial, baik di rumah, sekolah maupun masyarakat.
7.      Membantu untuk mencari dan menggali informasi tentang karir, dunia kerja dan prospek masa depan siswa.

G.      Penerapan Kelompok sebagai Media Layanan Konseling Kelompok

Kelompok yang baik ialah apabila kelompok itu diwarnai oleh semangat yang tinggi, kerja sama yang lancer dan mantap, serta adanya saling mempercayai di antara anggota-anggotanya. Faktor- Faktor yang dapat mempengaruhi kualitas kelompok yaitu tujuan dan kegiatan kelompok, jumlah anggota, kualitas pribadi masing-masing anggota kelompok, kedudukan kelompok dan kemampuan kelompok dalam memenuhi kebutuhan anggota.
Kekuatan yang mendorong kehidupan kelompok dikenal sebagai dinamika kelompok. Dinamika kelompok ini yang menjadi peranan yang sangat penting dalam membangun sebuah kelompok yang baik sebagai media dalam layanan bimbingan.
Dinamika kelompok merupakan sinergi dari semua faktor yang ada dalam suatu kelompok serta mengerahkan secara serentak semua faktor tersebut. Melalui dinamika kelompok setiap anggota kelompok diharapkan mampu tegak sebagai perorangan yang sedang mengembangkan kediriannya dalam hubungannya dengan orang lain. Hal ini sesuai dengan tujuan bimbingan sendirian itu sendiri yaitu membentuk pribadi individu yang utuh dan mandiri.
Sementara di dalam kelompok menurut para ahli untuk mengembangkan kelompok dalam media layanan Konseling Kelompok hendaknya perlu diperhatikan dalam menilai apakah kehidupan sebuah kelompok baik atau kurang baik, yaitu saling berhubungan dinamis antar anggota, hubungan antara besarnya kelompok dan sifat kegiatan kelompok, itikad dan sikap terhadap orang lain, serta kemampuan mandiri. Apabila jika dalam kelompok yang ada hanya hubungan antar anggota dan pemimpin saja sedangkan hubungan antar anggota tidak terasa maka dinamika kelompok tersebut telah lenyap.


3.      PENUTUP

Layanan konseling kelompok adalah layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien) memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan yang dialaminya melalui dinamika kelompok; masalah yang dibahas itu adalah masalah-masalah pribadi yang dialami oleh masing-masing anggota kelompok.
Proses pelaksanaannya dilakukan melalui 4 tahap, yaitu tahap I pembentukan, tahap II peralihan, tahap III kegiatan dan tahap IV adalah pengakhiran. Adapun materinya adalah membahas masalah-masalah baik perseorangan maupun kelompok yang meliputi masalah pribadi, sosial, belajar dan karir.
Dalam layanan konseling kelompok terbagi dalam 2 kegiatan yaitu kelompok tugas dan kelompok bebas. Manfaat dari layanan ini adalah membantu mengentaskan masalah yang dialami siswa melalui dinamika kelompok.






























REFERENSI

Hallen A, 2005, Bimbingan dan Konseling, Jakarta: Quantum Teaching.

Prayitno, 1995, Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok, Jakarta: Ghalia Indonesia.

Prayitno, 2001, Panduan Kegiatan Pengawasan Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Jakarta: Rineka Cipta.

Sukardi, Dewa Ketut, 2000. Pengantar Pelaksanan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Jakarta: Rineka Cipta.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Post Icon

SATUAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING (SATLAN BK) oleh Akhmad Darus Munandar



SATUAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING
(SATLAN BK)

SUB TUGAS PERKEMBANGAN 8
Mengenal sistem etika dan nilai sebagai pedoman hidup sebagai pribadi, anggota, masyarakat dan warga negara.

Sekolah           : SMKN 5 Makassar
Kelas               : XI / Genap
Tahun                         : 2012/2013

A.        Topik Pembahasan                       : memahami diri sendiri
B.        Bidang Bimbingan                       : pribadi
C.        Jenis Layanan                               : Penguasaan Konten
D.       Fungsi Layanan                            : Pemahaman dan Pengembangan
E.        Kompetensi yang ingin dicapai    : siswa memiliki dorongan yang kuat dalam berperilaku dengan memahami diri dan konsepsinya sesuai dengan sistem etika dan nilai bagi kehidupan hidup.
F.         Uraian Kegiatan
1.      Strategi Penyajian                  : Klasikal
1)   Pembukaan (salam, perkenalan, pendekatan)
2)   Ceramah
3)   Tanya Jawab
4)    Diskusi
5)   Pemberian Tugas
6)   Penutup (evaluasi, pemberian tugas, dll)
2.      Materi                                    : Pembahasan materi tentang memahami diri sendiri
                                                 dan konsep diri.
G.       Tempat Penyelenggaraan           : Ruang kelas
H.       Alokasi Waktu                              : 2 x pertemuan (40 menit)
I.          Pihak yang disertakan
Dan Peranannya                          : Wali kelas, orangtua, dan penunjang fasilitas
J.          Alat dan Perlengkapan                : OHP, Papan Tulis, ATK, dan Buku-buku referensi
K.        Rencana Penilaian                       :
L.         Rencana Tindak Lanjut                : Menjadikan hal ini sebagai perilaku
M.     Catatan Khusus                            : .......................................................................................
  .............................................................................


MATERI LAYANAN
“Pemahaman Diri dan Konsepsinya”
Pemahaman Diri
Pemahaman diri tidak hanya sebatas tentang pemahaman terhadap identitas diri, namun lebih dari itu. Pemahaman diri merupakan pemahaman sebagai diri pribadi, social, spiritual dan kelebihan serta kelemahan yang ada pada diri sendiri. Pemahaman diri merupakan langkah awal dalam pembentukan konsep dan kepribadian diri. Dari sini akan mewujudkan eksistensi dan eksplorasi diri pribadi.

Tujuan Hidup.
Sebagai langkah awal untuk menjawab pertanyaan itu kiranya kita perlu memahami berbagai hal prinsip yang bisa dipahami dan dikembangkan terus-menerus dalam kehidupan.
  1. Hidup itu adalah suatu periode yang memiliki batas waktu tertentu yang diberikan oleh Tuhan bagi manusia.
  2. Hidup adalah suatu proses “menjadi”, yaitu menjadi manusia yang berarti dan berguna bagi hidup itu sendiri dan berguna bagi dunia.
  3. Waktu tak akan terulang lagi. Menunda-nunda waktu dengan alasan masih banyak waktu adalah tidak beralasan.
  4. Rentang waktu kehidupan tidak seharusnya diisi dengan cara seadanya. Manusia harus merencanakan dan mengisi kesempatan hidupnya dengan cara efektif dan produktif.
  5. Hari ini adalah hari pertama dari sisa hidupmu. Tidak ada yang bisa memastikan kapan seseorang akan dilahirkan, sebagaimana juga tidak bisa dipastikan kapan kita akan meninggalkan dunia.
  6. Tak selamanya manusia tergantung padaorang lain; tidak selamanya kamu bergantung padaorang tua. Suatu saat kamu harus mandiri. Karena itu, kamu harus sudahmemiliki cita-cita. Kamu harus memulai sesuatu  dengan berani mengatakan, “Aku sudah mulai!”
Berdasarkan prinsip diatas, individu akan lebih mengerti tujuan hidupnya dan untuk apa dia di lahirkan di bumi ini.
Sebagai remaja dan pelajar, kamu berada pada kelompok peralihan kematangan tertentu dan menjelang pemantapan dan penitian karir. Ini adalah masa yang penting untuk memantapkan hati menuju masa depan. Oleh karena itu, seorang pelajar SMA harus berani melangkah menuju kedewasaan. Seorang yang dewasa tidak malu bertindak benar, tidak bermalasan, dan tidak dimanjakan oleh fasilitas.
Remaja atau pelajar yang memiliki prinsip harus berani menata hidupnya sendiri. Tidak seharusnya seorang pelajar melakukan hal-hal berikut ini.
  • Menjadi “benalu” atau “parasit”; menjadi “penghisap”, yang akan mati jika yang dihisap telah mati
  • Menjadi fotokopi atau bayang-bayang orang lain; tidak memiliki rasa tanggung jawab diri; seolah-olah orang lainlah yang memiliki dan menguasai hidupnya
  • Menjadi konsumeris, boros, dan koruptif; takut menata dan menerima realita, tidak mau menjalani kehidupan dengan perhitungan matang, tidak sederhana, tidak apa adanya dan merugikan diri sendiri atau orang lain
  • Menjadi hedonis; hanya menikmati hari ini sepuasnya dengan menghalalkan segala cara, tidak peduli akan masa depan
  • Malas, tidak mau bekerja; hanya ingin menikmati hidup tanpa usaha keras.
Konsep diri merupakan faktor penting didalam berinteraksi. Hal ini disebabkan oleh setiap individu dalam bertingkah laku sedapat mungkin disesuaikan dengan konsep diri. Kemampuan manusia bila dibandingkan dengan mahluk lain adalah lebih mampu menyadari siapa dirinya, mengobservasi diri dalam setiap tindakan serta mampu mengevaluasi setiap tindakan sehingga mengerti dan memahami tingkah laku yang dapat diterima oleh lingkungan.
Dengan demikian manusia memiliki kecenderungan untuk menetapkan nilai-nilai pada saat mempersepsi sesuatu. Setiap individu dapat saja menyadari keadaannya atau identitas yang dimilikinya akan tetapi yang lebih penting adalah menyadari seberapa baik atau buruk keadaan yang dimiliki serta bagaimana harus bersikap terhadap keadaan tersebut. Tingkah laku individu sangat bergantung pada kualitas konsep dirinya yaitu konsep diri positif atau konsep diri negatif.
Menurut Brooks dan Emmart (1976), orang yang memiliki konsep diri positif menunjukkan karakteristik sebagai berikut:
  • Merasa mampu mengatasi masalah. Pemahaman diri terhadap kemampuan subyektif untuk mengatasi persoalan-persoalan obyektif yang dihadapi.
  • Merasa setara dengan orang lain. Pemahaman bahwa manusia dilahirkan tidak dengan membawa pengetahuan dan kekayaan. Pengetahuan dan kekayaan didapatkan dari proses belajar dan bekerja sepanjang hidup. Pemahaman tersebut menyebabkan individu tidak merasa lebih atau kurang terhadap orang lain.
  • Menerima pujian tanpa rasa malu. Pemahaman terhadap pujian, atau penghargaan layak diberikan terhadap individu berdasarkan dari hasil apa yang telah dikerjakan sebelumnya.
  • Merasa mampu memperbaiki diri. Kemampuan untuk melakukan proses refleksi diri untuk memperbaiki perilaku yang dianggap kurang.
Sedangkan orang yang memiliki konsep diri yang negatif menunjukkan karakteristik sebagai berikut:
  • Peka terhadap kritik. Kurangnya kemampuan untuk menerima kritik dari orang lain sebagai proses refleksi diri.
  • Bersikap responsif terhadap pujian. Bersikap yang berlebihan terhadap tindakan yang telah dilakukan, sehingga merasa segala tindakannya perlu mendapat penghargaan.
  • Cenderung merasa tidak disukai orang lain. Perasaan subyektif bahwa setiap orang lain disekitarnya memandang dirinya dengan negatif.
  • Mempunyai sikap hiperkritik. Suka melakukan kritik negatif secara berlebihan terhadap orang lain.
  •  Mengalami hambatan dalam interaksi dengan lingkungan sosialnya. Merasa kurang mampu dalam berinteraksi dengan orang-orang lain.
`





  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS